Author : UnknownTidak ada komentar
Kota Singkawang yang berjarak 190 km atau sama dengan 4 jam waktu tempuhnya dari Kota Pontianak di Kalimantan Barat merupakan kota yang layak dijadikan tempat kunjungan wisata. Kota Singkawang sangat kental dengan suasana oriental-nya karena memang sejarah kota ini tidak bisa lepas dari para pedagang atau para penambang emas dari daratan China. Para pedagang dan penambang emas yag datang ke kota yang dulunya bernama San Keuw Jong yang diambil dari bahasa dimana para pedagang dan penambang emas berasal, yaitu dari bahasa Hakka yang ada di provinsi Kwan Tung.
Jalan mulus dari kota Pontianak sampai kota Singkawang menjadikan perjalanan menjadi cukup menyenangkan walaupun lebar jalannya hanya 2 jalur dan tidak terlalu lebar, sehingga kalau berpapasan dengan kendaraan besar semacam bus atau truk, kendaraan kita harus memperlambat kecepatannya. Pemandangan di kanan kiri jalan adalah rumah-rumah penduduk dan banyak yang berupa rumah tua yang berdiri di tanah rawa. Sesekali hamparan belukar atau ilalang, kalau hutan sudah tidak ada lagi yang terlihat. Selepas jembatan Kapuas sepanjang jalan terlihat banyak sekali lapak yang menjual buah langsat atau kalau di Jawa, buah itu disebut duku. Buah langsat ini adalah hasil pertanian dari daerah Punggur di kabupaten Pontianak. Maka langsat yang terkenal-pun adalah langsat punggur. Warnanya kuning menggoda dengan harga seragam Rp 5000 per kg nya. Saat ini memang lagi puncak-puncaknya musim langsat atau duku.
Memasuki kota Singkawang kita mulai disuguhi dengan terlihatnya beberapa kuil atau vihara yang berukuran kecil. Kuil-kuil itu ada yang di pinggir jalan dekat perkampungan tapi ada juga yang berada di persawahan. Kita sudah masuk ‘kota seribu kuil’. Selain itu, banyak rumah-rumah yang dihiasi dengan lampu-lampu lampion yang berwarna merah menyala dalam rangka menyambut Imlek.
Kota Singkawang yang berpenduduk 290 ribu jiwa, terdiri dari 62% beretnis China dari suku Hakka atau Kek dan selebihnya terdiri dari suku Melayu, Dayak, dan lainnya. Komposisi inilah yang mewarnai ekonomi, sosial, budaya, dan kehidupan masyarakat Singkawang. Hal itu terlihat dari: arsitektur bangunan rumah dan pertokoan, makanan, dan berperikehidupan. Kotanya sendiri tidak begitu ramai, namun kendaraan sepeda motor banyak wara-wiri, seperti halnya di kota-kota lainnya di Indonesia.Jumlah kuil atau vihara yang terdiri dari vihara, cetiya atau vihara kecil, kelenteng atau pekong di kota Singkawang, jumlahnya sekitar 360 buah. Kuil-kuil inilah yang menjadi daya tarik wisata kota Singkawang. Tentu saja banyak budaya terkait dengan kuil-kuil ini seperti festival Cap Go Meh yang diselenggarakan waktunya berdekatan dengan hari raya Imlek. Pada saat festival Cap Go Meh banyak warga yang hadir di kota Singkawang, tidak saja dari kota-kota yang ada di Indonesia, tetapi banyak juga yang datang dari negara Singapora, Malaysia, Taiwan, China dan negara-negara lainnya.
Jangan lupa juga, di kota Singkawang juga memiliki pantai yang cukup cantik dimana lautnya langsung menghadap laut Natuna, bahkan sekali-kali pantai Panjang yang ada di kota Singkawang menjadi tempat bertelurnya penyu.
Sesekali berwisatalah ke tempat yang khas seperti ke kota Singkawang ini, akan lain lho nuansa perasaan yang akan didapatkannya.
|
Menyeberang jembatan Kapuas, jalan menuju kota Singkawang |
|
|
Jalan mulus yang hanya dua jalur |
|
|
Penjual langsat atau duku di sepanjang jalan ke Singkawang |
|
|
Rumah di atas rawa | |
|
|
Suasana jalan raya di kota Singkawang |
|
|
Hotel di Bukit |
|
|
Kota Singkawang |
|
|
Kue dari Singkawang |
|
|
Baliho dari politisi kota Singkawang menyambut Imlek |
|
|
Suasana kota menyambut festival Cap Go Meh |
|
|
Kelenteng | |
|
Vihara | |
|
Vihara Tri Dharma Bumi yang dibangun pada tahun 1933 |
|
|
Cetya |
|
|
Vihara Tri Ratna |
|
Posted On : Minggu, 03 Februari 2013Time : 20.57